Menjadi peternak ayam kampung, jika hendak sukses, berarti Anda harus berani menginvestasikan sejumlah uang untuk pakan ternak. Saya sering melihat kegagalan dan kesuksesan peternak itu terletak dari keberaniannya berinvestasi dalam hal segi pakan.
Sebenarnya ternak ayam kampung ini adalah bisnis yang menjanjikan dan dapat dikerjakan dirumah, tapi kebanyakan warga terlalu takut berinvest pada jeni ternak satu ini. Padahal, semua bisnis memiliki aturan yang sama, yakni: harus berani berinvest.
Meskipun jualan di pinggir jalan atau di spot lampu jalan, kan tetap butuh modal. Modal buat beli bahan jualan. Misalnya beli kacang, beli krupuk, pokoknya apapun yang hendak dijual mesti mengeluarkan modal terlebih dahulu, baru bisa menjual kembali dagangan itu.
Nah, bagaiman jika dagangan tidak laku? Itulah yang namanya risiko.
Sama dengan peternakan. Kita harus beli DOC misalnya, beli lokasi untuk beternak, beli peralatan untuk membuat kandang, beli pakan, dan lain-lainnya yang dibutuhkan ayam.
Dan tentu saja harapan mengembalikan modal itu ialah dari penjualan ayam. Nah bagaiman jika ayam mati?
Sama. Itulah risikonya peternak.
Kalu pedagang dipinggir jalan harus menerobos dan berusaha menjual dagangannya saat lampu merah menyala, itu demi agar jualannya laku. Karena kalau tidak laku, bakal rusak, atau modal tidak kembali.
Sebagai peternak, kita juga harus berupaya seperti itu, supaya ayam tidak mati. Mungkin dengan menjaga kebersihan lingkungan, melakukan pembasmian virus secara berkala, melakukan vaksinasi secara teratur dan lainnya yang dianggap bisa menjamin keselamatan ternak. Karena, jika sampai ternak mati, jangankan untung yang ada bangkrut.
Jadi semua bisnis itu butuh yang namanya investasi. Baik dari segi pengetahuan maupun materi.
Intinya, Anda perlu yang namanya keberanian dalama berinvestasi. Jika gagal berarti, investasi Anda rugi. Jika rugi, belajar lagi supaya tidak rugi kedepannya.
Apa yang harus dilakukan agar menjadi peternak ayam yang sukses
Untuk sukses Anda harus berani kehilangan modal. Karena ayam ini memilki tingkat risiko yang tinggi. Namun, dibalik itu, tingkat keuntungannya juga tinggi.
Misalnya, jangan anggap Anda sedang memelihara ayam, tapi anggap Anda sedang berinvestasi pada ayam kampung. Letak kesuksesan investasi Anda itu tergantung dari apa yang Anda usahakan.
Kedengarannya keren sih, investasi itu Anda sendiri yang mengelolanya. Untung disyukuri, rugi coba lagi.
Baiklah, itu tadi sedikit intro mengenai risiko dalam beternak ayam kampung. Dan saya rasa terlalu panjang jika saya tambah lagi. Oleh karena itu, mari fokus pada topik kali ini yakni, rincian modal pakan pada ayam kampung.
Modal pakan ternak ayam kampung
Untuk sukses dalam beternak ayam kampung, jangan tanya berapa jumlah ayam yang ideal untuk diternak. Tapi, tanya pada diri Anda sendiri, berapa modal pakan Anda.
Terkadang ada peternak terobsesi dengan jumlah ayam yang hendak diternak, dan tidak melihat berapa modal pakan yang siap diinvestasikan. Ciri-ciri peternak inilah yang sering gagal.
Padahal dalam beternak ayam itu, kualitas lebih penting dari pada kuantitas. Karena dengan jumlah ayam yang banyak di awal tanpa adanya modal pakan yang cukup maka tentu saja ternak akan gagal. Gagal dalam arti ayam akan kurus, mudah terserang penyakit, dan berujung mati. Nah, kalau terlalu banyak yang mati berarti kuantitasnya atau jumlahnya jadi berkurang.
Berikut ilustrasi dari dua peternak yang sama-sama memiliki modal pakan 1 juta
Peternak mementingkan kuantitas
Peternak satu ini bertekad memelihara ayam hingga 200 ekor. Dengan pemikiran bahwa anak ayamnya ketika sudah berumur satu bulan sudah bisa diberi pakan tambahan.
Iya, peternak satu ini berhasil, memelihara ayamnya hingga umur satu bulan menggunakan pakan komersial. Dan sukses, modal pakannya benar-benar hanya bisa sampai di akhir bulan atau pada saat ayam yang diternak berumur 1 bulan.
Bulan berikutnya, dia mengusahakan modal tambahan untuk membeli pakan alternatif.
Di bulan kedua ayam hanya memakan dedak campur jagung giling.
Seiring berjalannya waktu, keadaan cuaca sedikit berubah, kebetulan hujan turun hingga berhari-hari. Ayam-ayamnya mulai memberikan signal tidak sehat.
Dan benar, di akhir bulan kedua, ayam tinggal 50%. yang hidup.
Peternak ini tetap ngotot dan terus memberi pakan dari dedak dan jagung giling. Semakin hari semakin berkurang ayam di kandang. Ayam yang masih hidup pun begitu kurus.
Hingga pada akhir bulan ketiga, hanya 25% ayam yang hidup. Itu pun masih kecil dan kurus.
Nah kalau melihat kasusnya, ini tidak ada untung. Ayam yang hidup sama sekali tidak layak jual. jika melihat itu, peternak yang mementingkan jumlah tanpa melihat modal pakan akan berakir seperti ini.
Kenapa?
Ayam yang diternak secara intensif sejaka awal atau sejak menetas, butuh pakan dengan gizi lengkap hingga ia dewasa. Jika pakan gizi komplit dihentikan di tengah jalan, maka ayam pun akan berhenti tumbuh. Nah, kalau berhenti tumbuh, hanya dua kemungkina yang terjadi: mati atau tumbuh tidak normal.
Peternak mengutamakan kualitas
Peternak ini tahu bahwa dia hanya punya modal satu juta, sesuai dengan anjuran dari teman dan artikel-artikel yang sering dia baca bahwa ayam yang dibesarkan untuk tujuan bisnis, butuh pakan dengan gizi lengkap hingga berumur 3 bulan atau hingga dewasa.
Oleh karena itu dengan modal pakan satu juta, dia hanya bisa membeli pakan komersial sekitar 100 kg. Dengan pakan sekian, sesuai dengan arahan teman, bahwa setiap satu ekor ayam dari doc hingga umur 3 bulan akan menghabiskan pakan sebanyak 3 kg.
Oleh karena itu dia membagi 100:3= 33,3
Ok, dia memutuskan beternak ayam kampung dengan jumlah 30 ekor saja.
Alhasil dengan pakan sekian, ayam dapat tumbuh dengan maksimal, tahan penyakit, antibodi ayam jadi lebih kuat. Sehingga di akhir bulan ketiga, ayamnya tetap hidup 100%.
Dan, betapa senang melihat ayamnya yang tumbuh dengan subur dan gemuk-gemuk. Bobotnya sampai 1,5 kg per ayam.
Nah, saat tiga bulan, ayamnya ditawar 40.000 rupiah per ekor.
Lihatlah, betapa tidak pentingnya kuantitas jika tanpa dibarengi kualitas. Jadi untuk mengukur jumlah ayam yang hendak diternak, terlebih dahulu ukur modal pakan yang akan digunakan.
Hitungan rata-rata pakan ayam kampung dari umur 0-3 bulan
Hitungan pakan perekor ayam ayam kampung dari doc hingga tiga bulan, biasanya akan menghabiskan pakan sebayak 3 kg. Jika pemberian pakannya tepat guna.
Jadi untuk menentukan berapa modal pakan yang akan digunakan tinggal kalkulasi saja dengan modal pembeli pakan yang ada.
Jika modal pakan 500 ribu saja, pelihara ayam sebanyak 15 ekor. Punya modal pakan satu juta, pelihara ayam sebanyak 30 ekor. Punya modal pakan 10 juta, pelihara ayam 300 ekor. Dan seterusnya.
Jangan pernah memelihara ayam tanpa memperhitungkan biaya pakan yang hendak digunakan. Ya kalau mau sukses [hehehe].
Demikianlah artikel mengenai rincian modal pakan ternak ayam kampung kali ini, dan sampai jumpa di artikel selajutnya.
Agar Anda menjadai orang pertama membaca artikel terbaru dari blog ini setiap kali ada update, Anda bisa berlangganan melalui email yang ada di menu bawah.
Posting Komentar
Posting Komentar